Di mata internasional ASEAN punya posisi tersendiri. Asia Tenggara, bagaimana pun adalah salah satu dari pusat lalu lintas barang dan jasa dunia. Ada begitu banyak sumber daya alam di sini. Demikian juga dengan bisnis tambang, industri, dan jumlah calon konsumen yang luar biasa. Kurang lebih 400 juta orang! Dengan PDB senilai triliunan rupiah, biaya tenaga kerja yang lebih murah dan sumber daya alam yang wah, siapa yang bisa menyangkal betapa menariknya Asia Tenggara di mata bisnis dunia? Bahkan di mata negara-negara adidaya, seperti Amerika dan China ASEAN nampak begitu menggoda.
Sejak 2003 ASEAN sudah menyepakati gagasan komunitas ekonomi ASEAN. Saat itu, ASEAN menetapkan tahun 2020 sebagai awalnya. Akan tetapi tahun 2007, keputusan itu diubah menjadi 2015. Tujuannya tentu saja, menghadirkan komunitas ekonomi di kawasan Asia Tenggara yang menghilangkan sekat-sekat dalam bisnis antarnegaranya. Di Indonesia, ide ini diberi nama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Tapi mampukah dunia bisnis, khususnya di Indonesia, bersaing seimbang dengan bisnis-bisnis negara ASEAN lainnya pada era perdagangan bebas, tahun depan? Tentu, saja ada potensi bisnis dan keuntungan yang besar bila bicara MEA. Bayangkan lalu lintas bisnis yang lebih aktif, tanpa halangan birokrasi atau reduksi profit untuk biaya bea cukai di pelabuhan. Sebagai pengusaha, Anda bisa terlibat transaksi dalam kurs yang lebih tinggi, jaringan yang lebih luas, dan konsumen yang lebih besar. Pun sebagai pekerja, Anda bisa bekerja untuk perusahaan-perusahaan asing dengan salaryyang lebih menggiurkan. Seiring dengan MEA pasti banyak perusahaan asing membuka perwakilannya di Indonesia. Lowongan pekerjaan yang lebih variatif akan terbuka lebar untuk Anda.
Tapi, konsep MEA akan terlihat indah bila bisnis dan diri Anda dipersiapkan dengan seksama. Jika tidak, mulai tahun 2015 Anda akan jadi penonton di negeri sendiri. Persaingan tidak lagi antar orang Indonesia, tapi juga orang dari berbagai bangsa, dengan kecerdasan dan tingkatan yang berbeda. Jangan mau tergilas!
Masih ada waktu untuk menyiapkan diri. Dari sisi potensi, Indonesia jelas bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dalam MEA. Secara ekonomi Indonesia adalah negara ke-16 dalam urusan PDB, yang nilainya nyaris US$ 1 triliun di tahun ini. Namun, secara daya saing, kita masih tertinggal jauh. Skill yang rendah, birokrasi yang ribet, sampai kurang layaknya infrastruktur jelas menjadi PR besar sebelum MEA diterapkan tahun depan. Persiapkan diri, waktunya sudah tak lama lagi!
Sejak 2003 ASEAN sudah menyepakati gagasan komunitas ekonomi ASEAN. Saat itu, ASEAN menetapkan tahun 2020 sebagai awalnya. Akan tetapi tahun 2007, keputusan itu diubah menjadi 2015. Tujuannya tentu saja, menghadirkan komunitas ekonomi di kawasan Asia Tenggara yang menghilangkan sekat-sekat dalam bisnis antarnegaranya. Di Indonesia, ide ini diberi nama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Tapi mampukah dunia bisnis, khususnya di Indonesia, bersaing seimbang dengan bisnis-bisnis negara ASEAN lainnya pada era perdagangan bebas, tahun depan? Tentu, saja ada potensi bisnis dan keuntungan yang besar bila bicara MEA. Bayangkan lalu lintas bisnis yang lebih aktif, tanpa halangan birokrasi atau reduksi profit untuk biaya bea cukai di pelabuhan. Sebagai pengusaha, Anda bisa terlibat transaksi dalam kurs yang lebih tinggi, jaringan yang lebih luas, dan konsumen yang lebih besar. Pun sebagai pekerja, Anda bisa bekerja untuk perusahaan-perusahaan asing dengan salaryyang lebih menggiurkan. Seiring dengan MEA pasti banyak perusahaan asing membuka perwakilannya di Indonesia. Lowongan pekerjaan yang lebih variatif akan terbuka lebar untuk Anda.
Tapi, konsep MEA akan terlihat indah bila bisnis dan diri Anda dipersiapkan dengan seksama. Jika tidak, mulai tahun 2015 Anda akan jadi penonton di negeri sendiri. Persaingan tidak lagi antar orang Indonesia, tapi juga orang dari berbagai bangsa, dengan kecerdasan dan tingkatan yang berbeda. Jangan mau tergilas!
Masih ada waktu untuk menyiapkan diri. Dari sisi potensi, Indonesia jelas bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dalam MEA. Secara ekonomi Indonesia adalah negara ke-16 dalam urusan PDB, yang nilainya nyaris US$ 1 triliun di tahun ini. Namun, secara daya saing, kita masih tertinggal jauh. Skill yang rendah, birokrasi yang ribet, sampai kurang layaknya infrastruktur jelas menjadi PR besar sebelum MEA diterapkan tahun depan. Persiapkan diri, waktunya sudah tak lama lagi!