. Lembaga Sertifikasi Profesi: 12/16/14

Selasa, 16 Desember 2014

Siapkan Tenaga Kerja Handal Demi MEA 2015



Metrotvnews.com, Semarang: Pemerintah Indonesia mempersiapkan industri berbasis kompetensi untuk menghadapi ASEAN Economic Community. Berdasarkan hal itu, pemerintah merasa perlu menyiapkan tenaga kerja yang kompeten.

Menurut Menteri Perindustrian, Saleh Husin, perdagangan bebas tak hanya soal produk. Tetapi juga mengenai tenaga kerja yang harus bisa bersaing dengan negara lain di ASEAN.

"Sehingga perlu ada persiapan dalam bentuk pelatihan sumber daya, menyiapkan tenaga ahli, serta restrukturisasi mesin industri," ujarnta di pembukaan Diklat Operator Garment, di Semarang, Selasa (18/11/2014).

Ia menyebutkan, restrukturisasi mesin industri sejak 2007-2012 telah meningkatkan investasi higga Rp9,9 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebesar 194 ribu orang.

Menurut Bank Indonesia (BI), persiapan dalam menghadapi MEA 2015 diperlukan mengingat era liberalisasi di kawasan ASEAN, termasuk liberalisasi pasar keuangan, memberikan peluang sekaligus tantangan. Terkait dengan UMKM, belum setaranya kondisi ekonomi tiap negara ASEAN, menuntut setiap negara ASEAN, termasuk Indonesia untuk meningkatkan kompetensi UMKM.

Dalam konteks MEA 2015, peningkatan kompetensi perlu dilakukan agar UMKM Indonesia mampu atau setidaknya siap menghadapi era pasar keuangan bebas tersebut.
AHL

Sektor Tenaga Kerja Perlu Perhatian Khusus Jelang MEA 2015



Jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang, sektor ketenagakerjaan Indonesia perlu benar-benar dibenahi agar dapat bersaing dengan tenaga kerja asal negara tetangga.

Hal ini lantaran hingga kini masalah pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih terus menjadi persoalan mendasar, tidak hanya bagi pemerintah, tetapi juga bagi dunia usaha dan masyarakat.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Tenaga Kerja, Benny Soetrisno mengatakan, masalah perekonomian bukan hanya menyangkut masalah pekerjaan dan penghidupan yang layak tetapi juga terletak pada struktur lapangan kerja, status pekerjaan, tingkat upah, kompetensi, produktivitas yang relatif rendah, dan masalah ketenagakerjaan lainnya yang saling berkaitan.

Dia menyebutkan, keberadaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan kompeten mutlak diperlukan karena pada gilirannya akan berimplikasi pada daya saing dunia usaha dan perekonomian nasional.

Oleh karenanya, diperlukan langkah-langkah strategis yang harus segera dilakukan untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan di Indonesia.

"Upaya-upaya perluasan kesempatan kerja harus terus dilakukan, di dunia usaha bisa berupa tersedianya kesempatan kerja di sektor usaha formal, usaha informal, hingga bekerja mandiri sebagai wirausaha," ujar Benny di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Kamis (12/11/2013).

Sementara itu di sisi lain kompetensi tenaga kerja untuk mendukung produktivitas yang baik perlu terus ditingkatkan dan dibenahi.
"Standar kompetensi bagi dunia usaha atau industri sangat penting bagi peningkatan produktivitas dan daya saing," lanjutnya.

Dia menyebutkan, berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menggambarkan, struktur tenaga kerja Indonesia masih didominasi dengan tenaga kerja berpendidikan rendah.

Jumlah angkatan kerja per Agustus 2012 sebanyak 118,05 juta, sebanyak 82,10 juta adalah lulusan Sekolah Dasar, 38,57 juta lulusan SMP, 27,65 juta lulusan SMA, 13,54 juta lulusan SMK, 3,87 lulusan Diploma dan 8,17 juta lulusan Sarjana. Struktur pendidikan tenaga kerja seperti ini disinyalir menjadikan daya saing dan produktivitas serta penghasilan tenaga kerja Indonesia relatif rendah.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan tingkat pengangguran di Indonesia per Agustus 2012 menurun menjadi 6,14% dibanding Agustus 2011 sebesar 6,56%, jadi jumlah pengangguran tahun 2013 di Indonesia yang tersisa sebanyak 7,24 juta orang.

Oleh sebab itu, menurut Benny, relevansi sistem pendidikan juga merupakan hal yang harus dibenahi, karena ketersediaan tenaga kerja sebaiknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dunia usaha sehingga dapat terserap dengan optimal.

"Yang terjadi sekarang adalah jumlah pencari kerja lebih besar dari jumlah peluang kerja yang ada. Sementara gap antara keterampilan pencari kerja dengan kompetensi yang dibutuhkan pasar kerja kesenjangannya masih besar," kata Benny.

Menurut Benny, kesenjangan itu harus dikurangi dan program link and match antara dunia usaha dan pencari kerja bisa menjadi jalan keluar dengan dukungan sistem pendidikan nasional. (Dny/Ahm)

MEA 2015, Peluang Sekaligus Tantangan Bagi Tenaga Kerja Indonesia



KotakNews.com - Bonus demografi yang dimiliki oleh Indonesia, merupakan salah satu keuntungan yang diharapkan bisa menjadi daya saing dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Tahun 2015. Banyaknya warga dalam usia produktif, akan menjadikan tenaga kerja Indonesia berlimpah. Namun demikian, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kualitas dari tenaga kerja tersebut.

Tenaga Kerja Indonesia

Dalam Catatan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) setidaknya terdapat 600.000 orang insinyur di Indonesia. Dengan insinyur sebanyak itu diharapkan dapat mendominasi tenaga kerja dibidang jasa konstruksi dan pembangunan infrastruktur pada pasar bebas ASEAN. Indonesia selama ini dianggap memiliki daya saing yang cukup tinggi dalam pasar tenaga kerja industr jasa konstruksi ASEAN. Meski demikian, peningkatan kaualitas sumber daya manusia masih perlu ditingkatkan, agar Indonesia mampu mengambil peran maksimal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi ASEAN.

Di sektor Perbankan, kita dapat menyaksikan pertumbuhan perbankan asing dan lokal begitu pesat. Proporsi kepemilikan asing di perbankan nasional terus meningkat, termasuk perbankan milik Negara ASEAN semisal Malaysia dan Singapura. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 39% dari populasi ASEAN, Indonesia merupakan pasar yang besar bagi perbankan. Karenanya tenaga kerja dibidang perbankan harus disiapkan agar mampu bersaing dengan Negara ASEAN lain. Bila tidak, maka tenaga kerja bank asing dan nasional akan diisi oleh tenaga kerja dari Negara lain.

Pemerintah harus bekerja keras agar mampu meningkatkan kualitas dan kemampuan tenaga kerja Indonesia di semua bidang. Bila tidak, Indonesia tidak akan mampu memetik keuntungan maksimal dari pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Tahun 2015. Jangan sampai keuntungan demografi hanya menjadi pasar bagi produk Negara lain. . Peneliti The Finance Research, Eko B Supriyanto, mengatakan bila keunggulan (demografi. red) ini tidak dikelola dengan baik akan menjadi jebakan. Karenanya, Indonesia harus menyiapkan warganya agar bisa menjadi tenaga kerja yang berkualitas.(Fikry Apriadi)