Akhir-akhir ini sering kita mendengar iklan layanan Pemerintah di radio dan televisi mengkampanyekan agar para pelajar lulusan SMP untuk masuk sekolah menengah kejuruan atau SMK. Berbagai keunggulan SMK ditonjolkan untuk menarik para pelajar SMP dan orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMK. Memang diakui dengan masuk SMK, para pelajar selain mendapat pelajaran umum seperti di sekolah menengah umum, juga mendapat ilmu keterampilan khusus sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing.Namun jika melihat di bidang prestasi akademik, pelajar-pelajar SMK masih tertinggal bila dibandingkan prestasi-prestasi akademik pelajar-pelajar SMU. Sehingga umumnya dalam pandangan masyarakat masih menganggap menyekolahkan anaknya di SMU lebih terjamin prestasi akademiknya daripada disekolahkan di SMK. Walaupun SMK mempunyai tambahan keterampilan khusus, banyak masyarakat berpandangan belum menganggap penting tambahan keterampilan plus tersebut. Namun nampaknya pandangan ini akan segera berubah karena SMK diprioritaskan Pemerintah untuk lebih dikembangkan dan diperbanyak jumlahnya dibandingkan dengan SMA. Sehingga diharapkan prestasi pelajar-pelajar SMK akan semakin baik dalam kompetensi akademik maupun kompetensi keterampilan kerja.
Pemerintah menargetkan tahun 2015, perbandingan jumlah sekolah menengah kejuruan (SMK) dan sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia mencapai 70 persen banding 30 persen. Kebijakan tersebut dilatarbelakangi kenyataan komposisi tenaga kerja Indonesia mayoritas unskill workers (pekerja yang tidak punya skill atau kompetensi di bidangnya). Lulusan SMA memang diproyeksikan untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, namun ditengarai lulusan SMA selama ini banyak yang mencari pekerjaan, karena hanya 30% saja yang mampu melanjutkan studi ke perguruan tinggi, sementara yang 70% harus bekerja meskipun tanpa bekal keterampilan yang memadai. Menurut data Badan Statistik Nasional (BPS) tahun 2006, ada 81,1 juta tenaga kerja Indonesia diisi kelompok unskill workers (pekerja yang tidak punya skill atau kompetensi di bidangnya). Kelompokunskill workers ini mayoritas adalah lulusan SMA. Sedangkan kelompok di atasnya diisi skill workers (pekerja dengan skillatau kompetensi dibidangnya) sebesar 20,4 juta orang. Serta komposisi teratas merupakan pekerja expert (ahli) dengan 4,8 juta orang. Kebijakan Pemerintah memperbanyak jumlah SMK dibanding jumlah SMA ini, selain untuk mengatasi pengangguran, juga dalam jangka panjang untuk mempersiapkan daya saing di era perdagangan bebas/globalisasi yang akan segera diberlakukan. Dalam era perdagangan bebas, selain kualitas tenaga kerja yang akan bersaing ketat, institusi pendidikannya pun akan bersaing ketat pula dengan institusi pendidikan luar negeri. Oleh karena itu, institusi pendidikan di Indonesia harus dipersiapkan pula untuk dapat berkompetisi dengan institusi pendidikan luar negeri agar pasar pendidikan tidak didominasi oleh asing dan dapat menghasilkan output tenaga kerja yang berkualitas dan berdaya saing internasional. Pemerintah pun memprioritaskan pengembangan SMK secara bertahap hingga mutu dan kualitasnya berstandar internasional.
Tingkat persaingan yang semakin ketat saat diberlakukannya perdagangan bebas, mengharuskan para pelajar SMK memiliki nilai plus yang lebih plus (plus+plus) dari kondisi pelajar SMK sekarang. Nilai plus tersebut antara lain keterampilan kerja khusus yang ditekuni lebih mendalam lagi dengan tidak mengenyampingkan peningkatan prestasi akademik. Selain itu, kemampuan pelajar SMK juga ditunjang dengan pelatihan pematangan mental yang prima. Sehingga dalam menghadapi dunia kerja, para pelajar sudah pintar, ahli, matang, dan siap bekerja keras. Tantangan dunia kerja yang semakin sulit mengharuskan para pelajar SMK memiliki strategi khusus untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang prestasi akademik maupun prestasi penguasaan keterampilan kerja khusus kejuruan. Setiap individu yang menginginkan kesuksesan, hendaknya memiliki ciri khas tersendiri pada kemampuan kerjanya. Hal itu bisa diperoleh jika individu tersebut kreatif, inovatif, dan pantang menyerah dalam belajar sesuatu yang baru serta berani menerima tantangan kemampuan belajar dan bekerja.
Penguasaan bahasa asing mutlak diperlukan untuk dapat bersaing di pasar Internasional. Bagi para pelajar SMK, penguasaan bahasa asing wajib dimiliki dalam menunjang performa (kualitas) kerja dan kuantitas hasil pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, sejak dini para pelajar SMK mempersiapkan kemampuan bahasa asing mereka untuk dapat bersaing dengan tenaga-tenaga kerja asing yang akan masuk ke Indonesia. Bahasa asing yang mutlak dikuasai pun tidak hanya bahasa Inggris namun juga bahasa-bahasa asing lain yang memiliki prospek industri yang sangat baik seperti bahasa Jepang, Jerman, Italia, China(Mandarin), Korea, dan lain sebagainya.
Kini saatnya, para pelajar SMK harus bangkit untuk maju. Tidak hanya demi masa depan mereka sendiri namun juga demi harga diri bangsa dan Negara Indonesia. Para pelajar SMK di Indonesia harus plus + plus, artinya selain memiliki prestasi akademik yang bagus, juga memiliki keterampilan yang berkualitas baik, serta memiliki ciri khas kemampuan kerja yang profesional dengan mental matang ditunjang wawasan luas, plus penguasaan bahasa asing yang unggul. Dengan demikian, lulusan SMK yang plus+plus akan lebih siap bersaing di pasar bebas internasional yang akan segera dijelang pemberlakuannya.
Bukan hal yang mudah memang untuk menjadi tenaga kerja unggulan di pasar kerja internasional. Namun hal tersebut bukanlah hal yang mustahil bagi para pelajar SMK. Apalagi jika nantinya lulusan SMK yang sudah plus+plus dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi, bahkan jika dapat melanjutkan pendidikan ke luar negeri, lulusan SMK ini plusnya jadi bertambah menjadi 4 plus atau bahkan 5 plus. Artinya, harga jasa keahlian yang diberikannya pun akan semakin tinggi pula di pasar kerja internasional. Jadi, bagi para pelajar SMK, segera persiapkan diri untuk menjadi pemenang era globalisasi saat ini dan di masa yang akan datang.Ok!