. Lembaga Sertifikasi Profesi: 11/07/14

Jumat, 07 November 2014

Mulai 2015, Lulusan SMK Sudah Tersertifikasi

TEMPO.CO, Surakarta - Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 menuntut para pekerja memiliki keahlian dan sertifikasi sebagai bukti menguasai keahlian tertentu. Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah mengantisipasi hal itu dengan mewajibkan setiap lulusan sekolah menengah kejuruan pada ujian nasional 2015 untuk memiliki sertifikat keahlian.

"Sehingga sudah punya bukti berupa dokumen untuk bekerja. Lulusan SMK juga punya daya saing menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN," kata Direktur Pembinaan SMK Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Mustaghfirin Amin di sela penandatanganan kerja sama dunia industri dengan instansi pendidikan di Surakarta, Rabu, 5 November 2014.

Sertifikasi dilakukan oleh SMK yang bekerja sama dengan mitra industri atau strategis atau oleh lembaga sertifikasi profesi. Sertifikasi diberlakukan untuk 128 paket keahlian di SMK.

Mengingat ada 11.720 SMK di Indonesia, sertifikasi tidak mungkin dilakukan di tiap sekolah secara bergantian. "Akan memakan waktu sangat lama," ucapnya. Karena itu, 1.650 SMK ditunjuk sebagai sekolah rujukan dan koordinator 5-10 SMK lainnya di wilayahnya. SMK rujukan akan membantu proses sertifikasi.

"Sekolah rujukan adalah sekolah yang punya prestasi baik. Mutunya juga terjamin," katanya. Di Surakarta, ada 3 SMK yang menjadi sekolah rujukan, yaitu SMK Negeri 2, SMK Negeri 4, dan SMK Negeri 5.

Langkah lain pemerintah agar lulusan SMK siap bersaing di dunia kerja adalah menata bidang keahlian di SMK. SMK didorong punya mitra strategis dengan dunia industri. SMK harus melibatkan industri karena lulusan SMK akan bekerja di bidang industri.

"Kami juga menata kurikulum. Saat ini seluruh materi dan bahan pembelajaran sudah terstandardisasi," katanya.

Dia mengatakan penyerapan lulusan SMK ke dunia kerja cukup menggembirakan. Setelah lulus pada Juli, pada Agustus biasanya 86 persen lulusan sudah mendapat pekerjaan. Lalu pada Februari tahun berikutnya, 90 persen sudah bekerja.

Kepala SMK Negeri 2 Surakarta, Susanta, membenarkan info bahwa sekolah yang dia pimpin menjadi sekolah rujukan untuk sertifikasi. Karena itu, SMK lainnya bisa mempergunakan fasilitas belajar-mengajar di SMKN 2.

"Tidak terbatas hanya 5 atau 10 sekolah. Bisa lebih dari itu," katanya. SMKN 2 Surakarta punya keunggulan di bidang keahlian teknologi informasi dan otomotif.

Lulusan SMK Mendominasi Pengangguran

TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah tenaga kerja Indonesia per Agustus 2014 mencapai 182,99 juta orang. Dari jumlah itu, 7,24 juta orang di antaranya berstatus pengangguran terbuka. Kepala Badan Pusat Stastistik Suryamin menyebutkan, tingkat pengangguran terbuka paling banyak adalah lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), diploma, dan universitas.

Jumlah pengangguran lulusan SMK adalah 11,24 persen dari total jumlah pengangguran. Pengangguran lulusan SMK ini naik tipis dibandingkan Agustus 2013 yang mencapai 11,21 persen. Jumlah lulusan SMK yang menganggur ini persentasenya lebih besar dibanding persentase lulusan SMA biasa yang mencapai 9,55 persen.

"Ini merupakan informasi bagi pemerintah, agar bisa dilihat link and match-nya," kata Suryamin pada wartawan di kantornya, Rabu, 5 November 2014. (Baca juga: Mulai 2015, Lulusan SMK Sudah Tersertifikasi)

Sedangkan penggangguran bertitel diploma jumlahnya 6,14 persen dari total pengangguran, naik dari Agustus 2013 5,95 persen. Begitu juga pengangguran bergelar sarjana mencapai 5,65 persen dari total pengangguran, naik dari Agustus 2013 sebesar 5,39 persen.

Selain itu, pengangguran lulusan SD ke bawah hanya sebesar 3,04 persen. Terus menurun dibandingkan Agustus 2013 yang sebesar 3,44 persen. Pengangguran lulusan SMP sebanyak 7,15 persen atau turun dari periode sebelumnya 7,59 persen.