. Lembaga Sertifikasi Profesi: 12/23/14

Selasa, 23 Desember 2014

Kompetensi Di Dunia Kerja


Saat memasuki dunia kerja, kita sebagai seorang calon karyawan seringkali diharapkan memiliki kompetensi tertentu atas jabatan kerja yang kita masuki. Hal ini menjadi acuan bagi perusahaan untuk tahu kemampuan kerja kita sebagai calon karyawan. Tidak hanya itu, melalui kompetensi yang kita miliki perusahaan lebih mengetahui posisi apa yang cocok dan tepat untuk kita. Bukan menjadi acuan baku bahwa kompetensi menjadi suatu hal paling penting untuk dimiliki seorang karyawan, tetapi sebagai calon karyawan kita perlu tahu kira-kira kompetensi seperti apa yang umumnya diinginkan perusahaan.

Apa sih kompetensi kerja itu?

Kompetensi dapat diartikan sebagai karakter individu yang dapat diukur dan ditentukan untuk menunjukkan perilaku dan performa kerja tertentu pada diri seseorang (Spencer, McClelland & Spencer, 1994). Jadi, kompetensi merupakan panduan bagi perusahaan untuk menunjukkan fungsi kerja yang tepat bagi seorang karyawan. Kompetensi berkaitan dengan sikap (apa yang dikatakan dan dilakukan seseorang) yang menunjukkan performa seseorang baik atau buruk. Banyak sekali studi dan penelitian yang membahas tentang kompetensi di dunia kerja ini.
Kenapa sih kompetensi diperlukan?

Pada dunia kerja, kompetensi dibutuhkan untuk mengetahui tipe pekerjaan seperti apa yang tepat bagi seseorang. Apabila kompetensi atas diri seorang karyawan telah diketahui maka perusahaan pun mampu membantu untuk mengembangkan pribadi melalui training atau pelatihan tertentu. Selain itu, kompetensi yang dimiliki seorang karyawan mampu menjadi petunjuk bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana ia mampu menampilkan diri dan memberikan hasil kerja optimal untuk perusahaan.

Sejauh mana kompetensi bisa dikembangkan?

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kompetensi membantu perusahaan untuk mendeskripsikan bagaimana kinerja seseorang. Hal ini tentu saja berkaitan dengan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan kerja seseorang atas bidang kerja tertentu. Kompetensi merepresentasikan dimensi kerja yang penting bagi diri seseorang. Nah, dari kompetensi yang tampak inilah perusahaan jadi lebih mengetahui bagaimana seorang bertanggung jawab, menyelesaikan masalah, dan mentransfer informasi kepada orang lain terkait tugas yang diinstruksikan oleh atasannya. Intinya, kompetensi digunakan untuk merencanakan, membantu, dan mengembangkan perilaku dan kinerja seseorang. Tidak hanya itu, melalui kompetensi kerja seorang karyawanlah perusahaan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan pekerjanya (Anderson, Ones, Sinangil & Viswesvaran, 2005).

Apakah perusahaan punya standard kompetensi atas karyawannya?

Tentu saja setiap perusahaan punya kriteria kompetensi tertentu yang diharapkan dari para karyawannya. Bahkan banyak perusahaan telah menyusun standard kompetensi atas setiap posisi yang ada di perusahaannya. Bukan melalui cara yang mudah setiap perusahaan membuat kompetensi tertentu untuk para karyawannya, perusahaan akan memetakan kompetensi dalam bentuk perilaku terkait tugas, kemampuan, dan tanggung jawab untuk mengetahui kematangan bersikap serta berpikir seorang karyawan. Namun, kompetensi tidak selalu berhubungan langsung secara pasti dengan perilaku yang harus dimiliki atas suatu fungsi tugas dalam jabatan. (Jackson & Schuler, 1990; Kerr, 1982; Snow & Snell, 1993).

Kompetensi apa saja sih yang harus dimiliki seorang karyawan?

Walaupun bukanlah suatu patokan baku, tetapi pada umumnya perusahaan ingin memiliki karyawan yang punya kompetensi (Spencer & Spencer, 1994), antara lain sebagai berikut :

- Semangat berprestasi untuk mencapai target kerja (Achievement to work)
- Teliti dan punya perhatian terhadap tugas kerja (Concern for order)
- Proaktif (Initiative)
- Punya keingintahuan tinggi (Information seeking)
- Berempati terhadap orang lain (Interpersonal understanding)
- Berorientasi kepada pelanggan (Customer service orientation ) *bila perusahaan bergerak di jasa pelayanan
- Kemampuan komunikatif yang diplomatis dan persuasif (Communicative – Impact and influence)
Darimana perusahaan tahu kompetensi pekerjanya?

Kita terbiasa untuk melakukan proses seleksi melalui tahapan yang cukup panjang saat melamar di perusahaan tertentu. Dari proses awal sampai tahap interview akhir inilah perusahaan melihat kompetensi apa saja yang dimiliki calon karyawannya, bahkan dari sejak kita mengirimkan curriculum vitae kepada mereka. Proses psikotes yang ditambah dengan interview mendalam dari perusahaan dapat memperjelas kompetensi yang dimiliki seseorang.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka sebaiknya sebagai seorang pekerja kita mampu menampilkan kompetensi optimal kepada perusahaan. Bukan berarti berusaha menampilkan diri sebaik mungkin, tetapi menjadi pribadi pekerja yang apa adanya. Hal ini karena sesungguhnya setiap orang punya kompetensi unik yang dapat dikembangkan lebih baik demi mencapai posisi sebagai pekerja yang mampu mengaktualisasikan diri.

Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015



Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 bisa jadi merupakan momok yang menakutkan bagi beberapa kalangan. Misalnya ada kekhawatiran bahwa lahan nafkah hidupnya akan diambil pendatang yang berasal dari luar Indonesia.

Fenomena seperti semakin banyak orang Indonesia berobat ke Singapura atau Malaysia sehingga kemudian sering menimbulkan pertanyaan, bagaimana dengan kualitas rumah sakit di Indonesia, apakah dokternya kurang ahli? Atau memang kualitas pelayanan yang belum memenuhi standar? Atau bahkan kurang lincahnya kita melakukan promosi sehingga produk dan jasa tidak dikenal?

Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa tersebut masih relevan dalam zaman sekarang ini. Untuk memperkenalkan diri supaya lebih dikenal, diperlukan taktik jitu membangun merek baik pribadi maupun organisasi.

Namun terlebih dahulu, ada baiknya kita pahami arti merek sesungguhnya. AMA (American Marketing Association) mendefinisikan merek sebagai nama, terminologi, tanda, simbol yang menjadi penciri produk atau jasa yang ditawarkan. Merek juga berfungsi sebagai pembeda dengan produk atau jasa yang ditawarkan oleh pesaing (Keller, K., 2003).

Menghadapi persaingan bebas dengan para pendatang saat MEA tahun 2015, bagaimana agar merek Indonesia, entah produk atau jasa bisa dikenal, tidak hanya oleh pasar dalam negeri namun juga oleh luar negeri sehingga mampu bersaing dengan para pendatang asing?

Pertama yang perlu dilakukan adalah meyakini bahwa merek produk atau jasa yang kita tawarkan harus sesuai dengan kebutuhan pasar sasaran. Selanjutnya kita harus memiliki arti dari merek yang akan ditanamkan secara kuat di benak konsumen. Misalnya mengacu kepada kekhawatiran dokter Indonesia tersebut diatas, kompetensi pribadi sebagai sebagai seorang dokter yang memiliki keahlian spesialisasi perlu disampaikan kepada masyarakat yang merupakan calon pasien.

Hal yang lebih penting sebagai dasar dari membangun merek adalah kita mampu menjawab apa yang ditanyakan oleh konsumen, yakni ‘Who we are?’ Identitas merek yang ingin kita tampilkan sehingga segera dikenali oleh pemakai produk atau jasa kita. Misalnya pasar sasaran mengenal kita sebagai ahli pemasaran, atau ahli sistem teknologi informasi.

Tidak cukup hanya identitas merek yang perlu dimiliki namun juga arti atau nilai sebagai merek(Who we are). Misalnya, setelah dikenal sebagai ahli dalam kompetensi tertentu, kita memiliki merek yang memberi arti misalnya Ayam Goreng Ny. Suharti, dikenal sebagai ahli dalam meracik resep ayam goreng yang terkenal lezat dan renyah. Lambat laun Ny. Suharti, nama sang pendiri, menjadi merek yang memberi arti masakan khusus ayam goreng tradisional Indonesia yang lezat dan renyah.

Sebagai pemilik merek, kita tidak cukup hanya berhenti di tahap ini, namun untuk langgengnya merek di benak konsumen perlu dirancang penelitian mengenai tanggapan pasar sasaran terhadap merek kita (What about you? What do I think or feel about you?). Apakah setelah mereka menikmati ayam goreng Ny. Suharti ada perasaan puas sehingga ada keterikatan emosi yang menyebabkan selalu mencari Ny. Suharti jika ingin menikmati ayam goreng tradisional.

Tahap paling akhir untuk membangun merek, perlu dibangun hubungan yang semakin mempererat merek dengan pasar sasaran (What about you and me? What kind of association and how much of a connection would I like to have with you?). Asosiasi Ny. Suharti dengan pelanggannya telah terbangun dengan berbagai program, misalnya selama bulan puasa menyediakan menu ta’jil sebagai pembuka puasa.

Keempat konsep yang dikemukakan di atas disebut sebagai ‘branding ladder’ untuk membangun merek (Keller, K., 2003). Istilah ‘ladder’ (baca: jenjang) memberikan pengertian bahwa tahap demi tahap konsep perlu dilakukan. Tidak dapat meloncat ke tahap akhir sebelum melalui tahap awal.

Keempat konsep dapat diaplikasikan dalam organisasi maupun pribadi. Bila kita mengetahui cara membangunnya, maka tidak mungkin kita mampu bersiang dengan para pendatang dari luar Indonesia saat MEA 2015 diberlakukan. Tidak ada ketakutan lagi, sebaliknya menjadi pemicu agar kta semakin bertambah baik. Semangat!

*Tulisan dimuat di PPMnews Edisi 04, 1 Apri12012. H. 11aaa

Langkah cepat untuk mempercepat MEA 2015

JAKARTA- Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM mempercepat langkah penting kesiapan UKM dalam menghadapi penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Apalagi, hingga kini masih banyak kalangan UKM yang belum memahami terkait upaya yang harus dilakukan dan dampak dari pasar tunggal ASEAN tersebut. Antara lain, diijinkannya tenaga kerja asing bekerja dengan mudah di pabrik mana pun di Indonesia atau membuka usaha, seperti barbershop di mana pun di Indonesia. Karena itu, diperlukan sosialisasi sekaligus atau berbarengan dengan strategi-strategi meningkatkan kualitas seluruh instrument.

Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (Sesmen) Agus Muharram mengatakan, langkah penting yang harus dilakukan dalam menghadapi persaingan di seluruh bidang itu, misalnya peningkatan sumber daya manusia (SDM) atau capacity building, formalisasi usaha dan memperkuat daya saing produk.
Antara lain meningkatkan ketrampilan melalui berbagai pelatihan terkait. Bahkan, kutip Agus, pemerintah Thailand memberi pelatihan berbahasa Indonesia bagi UKM. Kemudian memberi pelatihan tentang produksi produk yang berdaya saing, seperti cepat mudah, dan murah.
“Bagaimana memperkuat pasar, produk yang bersaing. Antara lain dilakukan melalui promosi dagang, quality control product, standarisasi, dan penerapan hak kekayaan interlektual.